Berita finansial kali ini tidak ada hubungannya dengan naik turun nilai kurs terhadap dolar atau indeks saham perusahaan terbuka. Tidak juga berhubungan dengan naik turun harga emas maupun harga minyak mentah. Namun saat ini cukup menjadi perhatian besar terkait geliat perekonomian di tanah air, yaitu penyamaan zona waktu di Indonesia. Apa hubunganya zona waktu sehingga masuk ke dalam berita finansial ? Pertanyaan ini mendapat jawaban positif dari sejumlah pejabat pemerintah di bidang perekonomian.
Sebelum menyangkutkan zona waktu ke berita finansial, ada baiknya kita tahu siapa yang menyemburkan gagasan ini ke permukaan. Adalah Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) yang mengusulkan perubahan 3 menjadi 1 waktu untuk Indonesia tersebut sebelumnya disampaikan. Apakah akan mengikuti waktu Indonesia Barat, Tengah atau Timur, belum ada pembicaraan lebih lanjut maupun kajian mendalam. Meski begitu, zona tunggal ini direncanakan mengikuti zona Wita yang delapan jam lebih cepat dari Greenwich Mean Time (GMT), atau sejam lebih cepat dari Waktu Indonesia Barat. Tapi KP3EI mengharapkan perubahan waktu itu harus memperhitungkan juga persaingan ekonomi dengan negara tetangga seperti Singapura, supaya tidak tertinggal. Karena tujuan dari usulan penyamaan zona waktu ini adalah untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Bila kondisi ini tercapai tentu berita finansial Indonesia akan selalu positif.
Melihat perubahan zona waktu ini bisa memengaruhi transaksi bisnis keuangan, tidak heran ini menjadi salah satu berita finansial. Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah/ Sekretaris KP3EI, Luky Eko Wuryanto, menambahkan bahwa penyatuan waktu tersebut bisa mendorong tenaga kerja Indonesia menjadi lebih produktif, semua urusan bisnis akan dipermudah dan efisiensi di banyak bidang.
Sementara itu berita finansial ini juga ditanggapi positif oleh Menteri Keuangan Agus Martowardojo yang berpendapat hal itu akan membuat respon pasar Indonesia akan lebih cepat seperti negara lain. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution pun menyambut usulan pemerintah untuk menyatukan zona waktu. Darmin mengatakan jika kawasan Indonesia tidak ada perbedaan waktu, biaya transaksi dan lainnya akan jauh lebih murah. Menurutnya dari sisi bisnis, perbedaan waktu memiliki banyak arti. Contoh yang mudah dilihat adalah pasar modal. Jika di Jakarta penutupan pasar modal pukul 16.00 WIB, sebenarnya pasar tutup 2 jam lalu di kawasan timur. Berita finansial ini terdengar semakin menarik saat Kepala Divisi Hubungan Masyarakat dan Promosi KP3EI, Edib Muslim, menyatakan zona waktu tunggal ini akan menambah transaksi perdagangan Rp 500 miliar sehari. Peningkatan itu terjadi karena pedagang dari kawasan Waktu Indonesia Tengah (Wita) dan Waktu Indonesia Timur (WIT) bisa satu waktu dengan Jakarta. Sehingga tak ada waktu terbuang karena menunggu satu atau dua jam perdagangan di Jakarta dibuka. Peningkatan transaksi ini tentunya menjadi berita finansial yang sangat baik bagi perekonomian Indonesia. Dan berita finansial ini, bila seandainya kesepakatan yang diambil adalah mengikuti zona Wita, akan cukup menggangu kehidupan keseharian. Karena Anda yang tinggal di Indonesia bagian Barat harus bersiap-siap masuk kantor satu jam lebih awal dari biasanya. Demkian berita finansial untuk kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar